Belum lama istri saya USG di RSIA Adina. Sebelum masuk ke ruang periksa, perasaan saya tak karuan. Menahan dag dig dug dalam diam.
Cukup lama kami mengantri. Sembari menunggu, perawat melihat tensi istri saya. Ditanyai juga soal alergi obat dan sebagainya. Mirip screning vaksin yang saya lakukan tempo hari.
Seorang yang hendak divaksin kudu lolos daftar periksa. Mulai dari tekanan darah harus normal. Tak punya riwayat penyakit dalam. Tidak menderita alergi obat tertentu. Gula darah normal. Dan seterusnya.
Calon pasien vaksin harus menjawab jujur. Ia tak boleh menyembunyikan informasi. Saat Ia dalam keadaan tak sehat, perawat bakal meminta penundaan vaksinansi.
Sebelum vaksin di MI Muhammadiyah lalu. Saya juga serupa itu. Saya dinyatakan tak lolos permeriksaan. Ini lantaran jawaban jujur saya.
" apakah bapak pernah terpapar gejala covid 19 " ?
" saya pernah hilang bau bu, tapi sekarang sudah normal " jawab saya awal agustus silam.
Alamak. Jawaban itu memaksa saya menunda vaksinansi. Perawat memberi saran menunda hingga 3 bulan mendatang.
Mulanya saya kecewa tak jadi vaksin.
Namun belakangan saya baru tahu. Orang yang pernah terpapar lalu sembuh justru sedang memiliki imun tubuh tinggi- tingginya.
Singkat cerita. Barulah awal oktober lalu saya vaksin dosin pertama.
Kembali ke USG. Pucuk dicinta ulam tiba. Perawat memanggil istri saya. Di klinik nomer 3 kami masuk.
---- bersambung ----
Komentar
Posting Komentar