Nisfu Sya'ban di desa Benda

Selain membaca surat Yasin tiga kali bakda Maghrib. Nisfu Sya’ban merangkai sederet kegiatan bagi santri. Kelak, saat sudah berada di rumah, kegiatan di tengah bulan Sya’ban ini menarik rindu tak berkesudahan.

Usai jama’ah shalat maghrib, santri tak bersegera menghambur dari masjid An Nur. Usai Wiridan shalat, kegiatan diteruskan pembacaan surat Yasin tiga kali.

Malam itu tanggal 15 bulan Sya’ban. Kerap disebut malam nisfu Sya’ban. Umat Islam mengisi malam itu dengan membaca surat yasin tiga kali. Santri di Pesantren Al Hikmah 2 tak ketinggalan melakukan amaliyah utama ini.

Usai membaca Yasin, santri memanjat doa. Bacaan Yasin pertama bermohon agar dipanjangkan umur untuk taat kepada Allah Swt. Bacaan kedua bermohon agar diberi kelapagan rezeki yang halal barokah. Serta bacaan ketiga, bermohon agar ditetapkan iman dan islam hingga ajal menjemput.

Santri membaca surat Yasin secara bersama. Takmir Masjid An Nur memimpin lewat pengeras suara.

##


Jelang pukul tiga pagi. Bel Pondok bersuara. “Ngeeeeng …. Ngeeeng”.

Nyaring bel perlahan menghidupkan Pondok. Lampu aula dan kamar menyala. Satu-satu santri perlahan bangkit. Kamar santri berangsur sibuk dengan aktifitas.

Ada penggalan cerita tertinggal di pagi itu. Di sudut kamar, seorang pengurus menggenggam sebilah tongkat.

“ Dok .. Dok .. Dok “

Bilah tongkat dihentak ke pintu kamar. “Bangun… Bangun”

Jika bel tak cukup membangunkan santri, pengurus Pondok bersicepat turun tangan. Pengurus akan menyambangi kamar. Mengecek kesiapan santri untuk berangkat ke Masjid An Nur.

Shubuh memang belum tiba. Tapi pagi itu, Masjid An Nur telah dipadati santri. Santri hendak melaksanakan sholat tasbih di Masjid. Kegiatan sholat tasbih bersama di Masjid jadi agenda tahunan Pesantren, sepertiga malam akhir di nisfu Sya’ban.

Selesai sholat tasbih, santri merapal dzikir bersama. Hingga shubuh datang.

##

Biasanya, jadwal sehabis Shubuh adalah pengajian Al Qur’an. Namun, lain hari itu. Ada kegiatan khusus, di pagi tanggal 15 Sya’ban.

Oleh pengurus, santri dibagi dalam beberapa kelompok. Biasanya perkamar. Ada satu dua pengurus yang bertindak jadi penanggung jawab kelompok. Pengurus Pondok akan mengantar santri ke masjid atau mushola.

Rampung pembagian kelompok. Santri menghambur keluar Pondok. Dengan tujuan beragam. Ada kearah Penggarutan, Kratagan ( mohon koreksi, jika penyebutan ini tidak benar), Benda dan desa lainnya. Maafkan saya yang tak lagi ingat seluruh desa disekitar Benda.

Santri ke Masjid dan Mushola untuk mengikuti simakan Al Qur’an. Seorang hafidz atau hafidzah membaca Al Qur’an, santri menyimak. Kebanyakan penghafal Al Qur’an berasal dari desa Benda dan disekitarnya.

Maka jadilah, hari itu suara Al Qur’an menggema seantero Benda. Hampir-hampir semua Masjid, mushola di desa Benda dan disekitarnya mengadakan acara simakan.

Rutinitas santri dan masyarakat berbeda benar di pagi itu. Semua larut mengagungkan Al Qur’an. Ada yang membaca hingga khatam. Menyimak. Sebagian lain menyediakan makanan untuk hafidzah dan santri.

Kemasan kegiatan nisfu Sya’ban di Benda meninggalkan kesan mendalam bagi saya.

Komentar