Saya sepakat, pendidikan dikatakan berhasil apabila sukses meninggalkan legacy atau warisan pada peserta didiknya. Warisan tak melulu kebendaan. Karakter adalah warisan terbaik bagi anak-anak kita. Berawal dari pembiasaan. Menjadi kebiasaan. Melekat jadi karakter. Ini yang diharap setiap wali murid kala memasukkan buah hatinya ke sekolah atau madrasah tertentu.
Membentuk karakter dalam dunia nyata tentu tak semudah teorinya. Dibutuhkan niat yang tak sekadar tulus. Tapi niat yang terus menyala. Niat yang dijelmakan dalam usaha. Sepanjang waktu. Berminggu. Berbulan. Bahkan hingga bertahun. Tlaten. Agaknya kosakata Jawa ini cukup mewakili ikhtiar dalam masa panjang.
Guru sebagai pendidik kudu berani tlaten dalam menumbuhkan karakter baik anak didiknya. Dan tak cukup satu dua. Semua guru dalam sebuah sekolah atau madrasah harus tlaten lagi kompak. Kita cukupkan teori. Waktunya tandangi dan tlateni. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Biidznillah.
Guru sebagai pendidik kudu berani tlaten dalam menumbuhkan karakter baik anak didiknya. Dan tak cukup satu dua. Semua guru dalam sebuah sekolah atau madrasah harus tlaten lagi kompak. Kita cukupkan teori. Waktunya tandangi dan tlateni. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Biidznillah.
Wonosobo, 4 Juni 2024
Komentar
Posting Komentar