Profesi kita bisa jadi beda. Hobi, kebiasaan, postur fisik dan sebagainya. Dari secuil perbedaan itu, kita berdiri diatas banyak kesamaan.
Sama-sama makhluk Tuhan. Dianugerahi nikmatNya tanpa ujung. Disisi Tuhan, yang terbaik yang paling takwa padanya.
Tak ada ruang untuk rasisme. Semua setara. Memiliki hak dan kewajiban.
Bagaimana Kanjeng Nabi Muhammad dan para sahabat menghargai seorang Bilal bin Rabbah. Meski beda warna kulit, meski Bilal pernah jadi budak. Tak pernah jadi soal.
Bilal bin Rabbah malah menjadi satu diantara muazzin Rasulullah Saw. Ketika Fathu Makkah, Bilal pulalah yang mendapat tugas azan dari Ka'bah.
Bagaimana pula penghargaan Kanjeng Nabi pada Salman al farisi. Seorang Persia yang mendapat tempat sebagai keluarga Rasulullah.
Menjelang perang khandaq berkecamuk, Kanjeng Nabi Muhammad Saw menerima usul Salman untuk membikin parit besar. Sebuah teladan seni kepemimpinan. Juga penghargaan nilai persatuan, diatas perbedaan ras dan kesukuan.
Komentar
Posting Komentar